Senin, 06 April 2009

Bisnis Yang Baik Adalah Yang Sering Digunakan Orang

Kalimat pembuka di atas masih terngiang kuat oleh saya selama 15 tahun terakhir. Seorang klien saya, seorang pengusaha besar (tak usah disebutlah namanya), mengajarkan kepada saya, jika bisnis yang baik adalah menjual produk yang sering atau harus dilakukan orang selama hidupnya.
Misalkan, beras (karena orang harus makan), oli (kalau punya motor/mobil harus selalu ganti oli), ban (pasti haus terkena aspal jalanan), minuman air mineral (pasti yang diserbu orang yang haus) dll.

Kebetulan, saya adalah orang yang lama berada dalam bidang travel industry. Kalau travel bisnis bagaimana? Apakah masuk dalam hal-hal yang disebut di atas? Keliatannya tidak. Enggal bakalan orang mati karena tidak naik pesawat udara. Enggak ada ceritanya orang mati lantaran tidak melihat Paris, jauh dari mati kalau orang tidak naik gajah di Thailand.

Namun semakin hari, semakin bertambah tingginya tehnologi informasi, semakin berkembangnya persaingan bisnis, semakin ketatnya persaingan kemampuan antar individu. Semakin bergulirnya roda ekonomi, semakin tingginya orang bepergian antar kota, pulau, wilayah dan negara. Semakin tingginya kemampuan ekonomi, semakin tingginya orang mau menikmati hidup yang notabene tidak akan sampai umur 100 tahun (belum potong sakit & krisis kantong).

Jadi bisnis travel masih terbuka luar biasa besar, tergantung dari sisi mana kita bermain.
So, buka www.atapdunia.com, simak wacana franchise, 1 Juni 2009.

Sabtu, 28 Maret 2009

TOUR LEADER, Pentingkah Dalam Sebuah Perjalanan?

Jika ditanya, apakah penting kehadiran seorang pemandu wisata dari negeri sendiri menemani rombongan yang bepergian ke luar negeri? Jawabannya, gampang bener: PENTING SEKALEEEE.

Di Indonesia, profesi ini disebut dengan TOUR LEADER. Di luar negeri banyak istilahnya, ada TOUR MANAGER, TOUR CONDUCTOR, TOUR DIRECTOR dll.

Pekerjaannya dari A-Z (kalau ada huruf setelah Z, nah itu juga yang jadi kerjaanya), dari sebelum keberangkatan sampai kembali lagi ke tanah air. Ngeribet dan tak pernah sama metodenya. Tujuan boleh sama, tapi pesertanya jelas beda, supir bus nya beda, iklim beda dan banyak kemungkinan lain yang beda, termasuk jadwal pesawat yang kadang seenaknya berubah sampai peraturan negara setempat.

Kalau rombongan 5 orang saja, tour leader mungkin tak perlu kecuali VIP. Kalau sudah diatas 15, lebih baik pakai TOUR LEADER, ketimbang banyak waktu terbuang gara-gara si A pengen makan nasi goreng, si B mau nyari Mc Donald, si C mau belanja dulu, atau si D yang mending tidur di hotel. Belum lagi urusan cari restaurant yang mewakili.

Posting ini dibuat karena mulai munculnya beberapa group kecil yang tidak menginginkan TOUR LEADER dalam rombongan karena dianggap menambah biaya perjalanan, diatur seperti anak Tk, sudah sering ke tempat tujuan dll. Bahkan ada yang menganggap TOUR LEADER diperlukan kalau koper rombongan banyak. Busyet...dianggap porter.

Nah sekarang bagaimana rekan-rekan TOUR LEADER benar-benar bisa menunjukkan sebuah kualitas jika tanpa TOUR LEADER rombongan bisa macam kapal pecah. Tak lain, up date knowledge, increasing capability in speaking, kesehatan yg baik dan increase the capability macam bahasa, pengetahuan akan ekonomi, politik, budaya, musik dll. Jadi TOUR LEADER bukan dianggap sebagai pengganti porter atau pengikut Srimulat.

Kini muncul wadah yang bernama INDONESIAN TOUR LEADER ASSOCIATION (ITLA). Perlu waktu, kerja bareng yang luar biasa ketat, menekan ego, menghindari perasaan lebih senior dan lebih jago, lebih terkenal, lebih pengalaman, lebih berjasa dll. Sampai kemana organisasi ini tumbuh sebagai badan yang menghasilkan hal-hal positif dan didayagunakan, atau hanya sekedar forum iseng-iseng tak keruan.
Sukses untuk dunia TOUR LEADER Indonesia.

Kamis, 12 Maret 2009

SERIUS....BUKA TRAVEL BISA JADI MILYUNER?

BISA ! UASALLLLLLL:

Beli franchise web ATAPDUNIA.COM.
Cuma 10 juta rupiah...tak perlu ratusan juta rupiah.

BUKA TRAVEL BISA JADI MILYUNER?

Bisa! Tentu saja Bisa....uasalllll...

1. Jangan menggunakan pinjaman dengan bunga besar.

Alasan: dikhawatirkan profitnya tak akan nguber bunga pinjaman nya. Kalo ada yang mau buka travel dengan menggunakan pinjaman dari Bank sebagai PERMODALAN, hitung dulu yang bener ..lebih besar mana bunga bank atau keuntungannya. Ini juga patut dengan matang diperhitungkan.
Bagi Anda yang lagi SD matematikanya enggak lebih dari 5...mending buat mie ayam..pasti lebih untung...tidur lebih nyaman.

2. Tempatkan SDM/orang-orang tahan banting (banting betulan niiih), tahan omelan dan senang membuat jaringan (bukan jala ikan).

3. Profit travel tidak semewah jual beli mobil dan properti. Kalau ada yang masih berpikir bisa jadi milyuner dalam waktu singkat dengan mengharapkan tamu berdatangan, lupakan saja.

4. Perluas jaringan (sekali lagi..bukan jala ikan) terhadap klien dan suppliers. Karena dengan intimacy yang baik, maka bisnis bisa bertambah.

5. Ada modal nekat. Ini perlu abis cing...

6. Masih putus asa? Ya mending ngerampok.

Sabtu, 28 Februari 2009

Kok Malah Demo...

Beberapa hari sebelum tulisan ini dibuat, 2 buah organisasi mengajak para Biro Perjalanan Wisata untuk 'menghajar', 'komplain' terhadap sebuah airlines asing yang nota bene akan melakukan 0% comission per 1 April. Hal ini dilakukan karena dianggap akan mematikan bisnis travel agent sebagai penjual tiket penerbangan. Dengan 0%, berarti no more profit dan dianggap akan menyingkirkan industri travel agent di masa mendatang.

Tulisan ini dibuat untuk kita mikir jernih...tidak bermaksud m'bela siapa-siapa, karena kami tak cetak uang dari tulisan ini.

Begini....airlines itu punya siapa sih...pesawat2 nya yg sebagong besar2 itu punya siapa..? Punya travel agent? Hasil patungan gitu? Ya bukan...kan..? travel agent tak keluarkan Rp.1 pun untuk bisnis airlines. Pendek kata....ya hak para airlines dong mau kasih atau hilangkan discount/komisi. Orang pesawat juga punya mereka.

Lalu gimana pelaku travel agent..? Mikir bareng lah...jangan berpikiran sempit. Kita yang harus overlap mikirnya kita akan buat bagaimana untuk bisnis travel ke depan. Indonesia yang penduduknya manja abis ini termasuk negara yg paling belakang menggunakan service fee. Negara lain sudah tuh dan...keliatannya bisa diterima.

Apa yang harus kita buat untuk kelangsungan bisnis? Diversifikasi atau inovasi?
So, mikir yuk dari pada kita capek2 ngurusin policy airlines orang lain. Lain mas/mbak...kalau arlines hasil patungan kita....SMIIIILLLLEEEEE